DINASTI ABBASYIAH
Makalah ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah
Dakwah
Dosen Pengampu
: Bapak Agus Riyadi
Disusun oleh :
Ulya
Anisa Unasecha (1601036119)
Irvan Firdaus (1601036120)
Muhammad Royyan (1601036122)
A.Rofiq Akbar (1601036123)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bermula dari
konflik yang terjadi antara khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan,
umat islam berselisih dalam dua medan, yaitu imamah dan ushul, yang menyebabkan
munculnya partai dan aliran khawarij, syiah, dan murji’ah, serta daulah umayah
yang berpusat di damaskus (40-132 H), kemudian daulah Abbasyiah yang berpusat
di Baghdad (132-656 H), disamping sisa daulat umayyah di spanyol (138-403 H)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Dinasti Abbasyiah
Berdirinya dinasti Abbasyiah tidak terlepas dari keruntuhan dinasti
Umayyah masalah-masalah tersebut kemudian bertemu dengan beberapa kepentingan
yang satu sama lain memiliki kesinambungan meskipun dalam lika-liku
kepemerintahan Dinasti Umayah banyak menorehkan prestasi yang cukup memuaskan
tetapi dilain hal sesungguhnya sejak awal berdirinya dinasti ini, mulai dari
kholifah pertama yaitu Muawiyah Bin Abi Sofyan sampai kholifah terakhir, Marwan
Bin Muhammad.
Selain itu pula kadang perlakuan yang kurang adil terhadap Bani Abbas
menimbulkan benih-benih kemarahan yang timbul kepada mereka sehingga memupuk
semangat persatuan dan kebinekaan, guna menyebarkan propaganda secara rahasia
untuk merebut kekuasaan dari Bani Umayah.
Sebenarnya tidak semua khalifah Dinasti Umayah dianggap semena-mena,
Umar Bin Abdul Aziz misalnya. Beliau merupakan salah satu khalifah yang
memberikan kontribusi dan dedikasi yang baik dimata masyarakat. Dimasa itu
kebenaran dan keadilan benar-benar dijunjung tinggi.
Berbeda dengan khalifah dinasti Umayah yang lain, Umar adalah pribadi
yang zuhud. Kezuhudan beliau semakin jelas pada gaya kepemimpinannya yang
mendahulukan kepentingan umum dari kepentingan pribadi, bahkan kala istrinya
Fatimah bin Abdul Malik memakai permata, diberinya dua alternatif yaitu
memberikan permata itu ke baitul mal atau bercerai dengannya. Karena hal itu
lebih mulia bagi istri Umar yang zuhud. Karena itu, Bani Abbas tidak punya
dendam dengannya karena kepribadiannya yang mencerminkan kearifannya.
Pada saat ketidakpuasan sudah terjadi dimana-mana, kemudian kesempatan
ini dipergunakan oleh Bani Abbas untuk melayangkan propaganda. Dalam
pelaksanaanya, nama Bani Abbas tidak dimunculkan dipermukaan. Akan tetapi yang
mereka angkat kepermukaan adalah Bani Hasyim. Hali ini sebagai salah satu
siasat untuk menjaga kekompakan antara Syi’ah pengikut Ali dengan Syi’ah
pengikut Abbas. Dengan cara itu pula menjadikan solidaritas diantara mereka
yang lebih kuat dan anggota-anggotanya lebih semangat dalam berjuang dan
bersedia mati demi kepentingan bersama, dalam perjuangan keluarga Bani Hasyim.
Perjuangan dan gerakan kelompok yang mengusung nama besar Bani Hasyim
ini berhasil berkonsolidasi untuk menyusun kekuatan militer dan menciptakan
kondisi anti Bani Umayah sehingga hal itu akan menentukan corak dan perjalanan
sejarah dalam mengancam pemerintahan Bani Umayah.
2. Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Gerakan yang didirikan oleh keluarga Abbas sebenarnya sama jika kita
analogikan dengan sejarah perjuangan penyebaran islam pada masa Rosuluallah
yang awalnya bersifat sembunyi-sembunyi, kemudian berlanjut terang-terangan,
setelah merasa punya kekuatan dan dukungan yang tinggi dari masyarakat. Oleh
karenanya perjuangan bani Abbas menuju kursi kekuasaan tidak ditutup-tutupi
lagi, terjadilah penangkapan besar-besaran kepada pemimpin dan pengikut
Abbasiyah diberbagai wilayah, seperti Ibrahim Al-Imam seorang tokoh
dikampungnya Humaymah dan dijebloskan kedalam penjara.
Kemudian Abu Muslim mulai mengerahakan segenap laskarnya untuk
menggempur khalifah Marwan, itu dilakukan karena tersiar kabar terbunuhnya
Ibrahim Al-Imam dalam penjara pada tahun
749 M, ia bahkan sekaligus mengumumkan secara terbuka bahwa jabatan Al-Imam dipindahkan
kepada Abul Abbas sebagai contoh khalifah Abbasiyah. Kedua angkatan bersenjata
melakuakan kontak senjata disatu tempat yang bernama Zab yang terletak antara
kota Mousil dan Toriel. Dalam pertempuran yang sengit itu, pasukan Marwan
mengalami kekalahan yang sangat berat. Khalifah Marwan melarikan diri ke
Damaskus, kemudian terus ke Mesir, dan
akhirnya terbunuh disini. Marwan adalah khalifah terakhir dinasti umayah dan
lahirlah dinasti baru yang perjuangan menuju tampuk kekhalifahan cukup poanjang,
yaitu Dinasti Abbasiyah.
Kemudian disebuah besar kufah, Abu Abbas as-safah menerima bai’at
sebagai khalifah dinasti Bani Abbasiyah pertama pada tanggal 28 November 749 M.
pembai’atan itu sangat penting dan menyejarah menuju babak baru dinasti
Abbasiayah. Arti penting pembai’atan itu karena pemba’atan merupakan penobatan
yang dilakukan oleh rakyat, dan merupakan peperangan yang pasti bagi seseorang
untuk menaiki tahta khalifah.
Tokoh progandis yang bernama abu salamah mengandung penduduk khutfah
untuk berkumpul di masjid pada hari jumat untuk memilih khalifah. Setelah
memimpin sholat jumat, maka dia menjelaskan maksud pertemuan itu kepada para
jamaah. Abu muslim mengatakan bahwa pembela agama islam dan orang yang telah
mempertahankan keluarga Muhammad saw, telah melemparkan bani umayah dari
kekuasaan penuh dosa, karnanya perlu memilih seorang iman dan khalifah, dan
tidak ada yang lebih utama dalam hal keshalisahan, kemampuan dan segala
kebajikan yang diperlukan untuk kedudukan itu selain abul abbas dialah yang di
usulkan kepada kaum mukminin supaya dipilih. Mendengar penjelasan tersebut
mereka pun bersorak-sorak mengumandangkan takbir sebagai tanda persetujuan.
Setelah itu dikirimlah seorang utusan untuk menjemput abul abbas dan
setelah dia sampai di masjid, orang berebuta hendak menyalaminya dan bersumpah
setia. Pemilihan dilakukan dengan suara bulat. Abul abbas naik mimbar
mengucappkan khutbah. Dengan begitu resmilah dia sebagai khalifah umat islam
dengan kekusaan baru yang dikenal dengan daulah abasiyah.
3. Sejarah Dakwah Dinasti Abbasiyah
Identitas para juru dakwah yang tidak tepat diwilayah khurasan telah
diketahui. Sesudah diadakan pemilihan, terpilihlah nama ‘Amar ibn Yazid
(khaddasy) sebagai juru dakwah baru diwilayah khurasan. Tapi ini pilihan
keliru, belakangan terbutkti bila khaddasy telah keluar dari islam dan kembali
kufur. Ia dihukum mati oleh Asad ibnu Abdillah pada 118 H.
Perbuatan khaddasy telah mencoreng dakwah Abbasiyah dimata banyak orang.
Mereka tidak bisa lagi memercayai juru dakwah baru, disamping karena ketegasan
dan kekerasan Asad ibn Abdillah,
Gubernur Khurasan.
Hingga 122 H, gerakan dakwah berjalan lamban. Pemnghalang baru juga
muncul, yaitu pemberontakan yazid ibn Ali ibn Zainal Abidin di kuffah.
Dibutuhkan waktu lama untuk memulihkan situasi kufah terlebih dahulu sebelum
gerakan dakwah dilanjutkan.
Pada 125 H, Muhammad Ibnu Ali meninggal dunia. Sebelumnya ia berwasiat
kepada anaknya, Ibrahim untuk melanjutkan gerakan dakwah. Pada tahun yang sama,
setelah kematian Hisyam ibnu Abdul Malik, dan ketika konflik internal di
lingkungan Dinasti Abbasyiah juga memanfaatkan konflik kesukuan yang terjadi
karena Gubernur khurasan waktu itu, Nasr Ibnu Sayyar, berasala dari suku Qays,
sementara mayoritas penduduk khurasan berasal dari suku Yamami. Dakwah
Abbasiyah tentu memihak suku penduduk setempat, suku Qays, konflik kesukuan ini
berdampak langsung pada kondisi dan kepentingan seluruh penduduk khurasan,
semua ikut mendorong pergerakan dakwah Abbasiyah.
Kontak senjata pertama antara Bani umayyah dan Bani Abbas, gerakan
militer ini adalah gerakan pertama antara Bani Umayyah dan Bani Abbas terjadi
di khurasan. Abu muslim menang dan Ibnu sayyarn kalah. Abu mUslim mendapatkan
banyak pengikut, sebelumnya ia memakaai cara halus untuk menarik dukungan dari
suku Yaman dan Midhar. Kepada setiap pembesar kedua suku ia menulis, “ pemimpin
adalah berwasiat kepadaku untuk berbuat kebaikan dan menurutku wasiatnya juga
tidak mengecualikan kaummu.
4. Usaha-Usaha Dakwah pada masa pemerintahan DinastiAbbasiyah
Masa Dinasti
Abbasiyah adalah masa keemasan bagi dunia islam, karena islam pada masa ini
semakin meningkat, salah satunya adalah memajukan ilmu pengetahuan dan ilmu
Agama.
1. Perkembangan ilmu agama
a. Ilmu tafsir
Pada masa sahabat penafsiran dilakukan dengan menafsirkan ayat dengan
hadist atau atsar atau kejadian yang mereka saksikan ketika ayat itu turun,
demikian juga pada para tabi;in sebelum Abbasiyah. Selanjutnya pada masa
Dinasti Abbasiyah ilmu tafsir dipisahkan dari ilmu hadist. Tafsir pada masa ini
ditambah dengan israiliyat . terakhir muncul penafsiran dengan cara menyebutkan
kemudian menerengkan tafsirnya yang diambil dari sahabat dan tabi’in. tafsir
seperti ini yang termasyhur diantaranya, Ibnu Jarir Al-Thabary, selanjutnya
tafsir pada masa ini menjadi segala ilmu yang ada baik mengenai aliran
keagamaan, hukum, ataupun ilmu yang lain
yang terkandung dalam seperti Tafsir Abu Yusuf Salman Al-Quswani.
b. Ilmu hadist
Hadist adalah sumber hukum islam yang kedua setelah Quran. Karena
kedudukan itu, setiap abad, umat islam berusaha untuk menjaga dan
melestarikannya. Pada masa abbasiyah hanya merupakan penyempurnaan penulisan
hadist dari masa sebelumnya, yaitun mulai pada pertengahan abad ketiga, muncul
trend baru yang bisa dikatakan sebagai generasi terbaik sejarah penulisan
hadist, yaitu munculnya kecenderungan penulisan hadist yang didahului oleh
tahapan penelitioan dan pemisahan hadist-hadist sohih dari yang dla’if.
c. Ilmu tasawuf
Tasawuf merupakan bentuk mistisisme dalam islam. Tasawuf bukanlah satu
tatanan ajaran, tetapi sebagai modus pemikiran dan perasaan dalam kerangka
agama. Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman
Abbasiyah. Inti ajarannya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan
dunia, serta bersunyi diri dan beribadah.
d. Ilmu fiqih
Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan islan telah melahirkan
ahli-ahli hukum fuqoha’ yang tersohor dalam sejarah islam dengan kitab-kitab
fiqihnya yang terkenal sampai sekarang. Para fuqoha yang lahir pada zaman ini
terbagi dalam dua aliran yaitu, ahl al-hadist dan ahl al-ra’yu.
e. Ilmu kalam
Dinasti
Abbasyiah melewati beberapa periode : (1) masa kejayaan, (2) masa kekuasaan
militer Turki, (3) masa kekuasaan kaum Buwayhiyah syiah, (4) masa kekuasaan
kaum saljuk Turki, (5) runtuhnya Baghdad, masuknya Tartar, pndahnya
kekhalifahan Abbasyiah ke Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar