Rabu, 29 November 2017

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

AKHLAK TASAWUF
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. H, Djasadi M.Pd.
Disusun oleh :
Arfiyanto                                            (1601036090)
Zanna Yuni Shara                               (1601036091)
Makriva Nurul Khoyima                    (1601036093)
Ulya Anisa Unasecha                         (1601036119)
Miftakul Basriyah                              (1601036131)
Muhammad Royyan                           (1601036121)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam sebagai agama telah memancarkan berbagai fenomena, tidak saja fenomena teologis dan ibadah, tetapi juga fenomena pemikiran keduniaan seperti politik, ekonomi dan sosial. Doktrin dalam ibadah adalah semua ibadah haram kecuali ada dalil yang mewajibkannya.
Ajaran atau pemikiran tasawuf adalah salah satu pemikiran yang sering menjadi sasaran kritik, terutama dari kalangan yang berpegang teguh pada hukum secara zahir. Salah satu kritik yang sangat tajam, adalah orang-orang sufi yang sudah meninggalkan ibadah. Dan ungkapan-ungkapan mereka banyak yang menyesatkan orang awam. Tidak heran kemudiaan timbul tuduhan kafir terhadap beberapa sufi yang dianggap keterlaluan, seperti al-Hallaj dan Ibn’Arabi.
 Oleh karena itu, kajian tentang perkembangan tasawuf secara akademik sangat dibutuhkan untuk merespon perkembangan yang sudah terjadi dan memprediksi masa depan tasawuf. Kajian yang bersifat akademik minimal memberikan pandangan yang objektif terhadap perbedaan yang terjadi, sehingga masyarakat tidak terombang ambing dalam menentukan sikap.
B.    Rumusan Masalah
1.     Apa itu akhlak tasawuf ?
2.     Bagaimana Sejarah tasawuf ?
3.     Apa saja aliran-aliran tasawuf ?


BAB II
PEMBAHASAN
1.     Pengertian Akhlak Tasawuf
Akhlak secara etimologis berasal dari kata اخلاق yang artinya sifat, etika, moral, budi pekerti, tingkah laku dan kebiasaan. Sedangakan menurut Terminologis adalah perangai serta tingkah laku yang terdapat pada diri seseorang yang telah melekat, dilakukan dan dipertahankan secara terus menerus.
Tasawuf secara etimologis para ahli berselisih tentang asal skata tasawuf. Sebagian menyatakan berasal dari “shuffah” artinya emper masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar.ada pula yang menyatakan berasal dari’Shaf”,artinya Barisan. Seterusnya ada yang mengatakan berasal dari ”Shaf”,artinya bersih/jernih,dan masih ada lagi yang mengatakan berasal dari “shufanah”,sebutan nama kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir, terakhir ada yang mengatakan berasal dari bahasa Yunani “theosofi”, artinya ilmu ketuhanan.namun yang terakhir ini tidak di setujui oleh H.A.R.Gibb.dia cenderung pada kata tasawuf berasal dari shuff (bulu Domba), dan orang yang berpakaian bulu domba disebut “mustashawwif”,perilakunya disebutb tasawuf. Hal tersebut ada latar belakangnya tersendiri,yakni pakaian tersebut dipengaruhi oleh Kristen,katanya,”Asal mula pakaian ini bukannya seragam,akan tetapi suatu tanda penebus dosa perseorangan,sebagaimana dilambangkan pada pakaian isa.
2.     Sejarah Tasawuf
Sebagaimana telah diketahui,bahwa sejarah Islam ditandai dengan peristiwa tragis,yakni pembunuhan terhadap diri khalifah ketiga, Utsman Ibn Affan ra. Dari peristiwa itu secara berantai terjadi kekacauan dan kerusakan akhlak. Hal ini menyebabkan sahabat-sahabat yang masih ada, dan pemuka-pemuka Islam yang mau berfikir, beriktiar membangkitkan kembali ajaran Islam, kembali kemasjid (i’tikaf), kembali mendengarkan kisah-kisah mengenai targhib dan tahrib,mengenai keindahan hidup zuhud dan sebagainya. Inilah benih tasawuf paling awal.
a.      Masa Pembentukan
Dalam abad I Hijriah kedua, muncul Hasan Basri (w. 110 H) dengan ajaran khauf, mempertebal rasa takut kepada Allah. Kemudian pada akhir abad I Hijriah, Hasan Basri diikuti oleh Rabi’ah Adawiyah (w 185 H), seorang sufi wanita yang terkenal dengan ajaran cintanya (hub al-ilah).
Selanjutnya pada abad II Hijriah, tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya, yakni sama dengan corak kezuhudan,meskipun penyebabnya berbeda. Penyebab pada abad ini ialah adanya kenyataan pendangkalan ajaran agama dan formalism dalam melaksanakan syari’at agama (lebih bercorak fiqh).
b.     Masa Pengembangan
Tasawuf pada abad III dan IV Hijriah sudah mempunyai corak yang berbeda sama sekali dengan tasawuf abad sebelumnya. Pada abad ini tasawuf sudah bersorak ke-fana’an  yang menjurus ke persatuan hamba dengan khalik.
Pada akhir abad III orang berlomba-lomba pula menyatakan dan mempertajam pemikirannya tentang kesatuan kesaksian , kesatuan kejadian, kesatuan agama-agama, berhubungan dengan Tuhan, keindahan dan kesempurnaan Tuhan, manusia sempurna, yang semuanya itu tak mungkin dicapai oleh para sufi kecuali dengan latihan yang teratur.
Pada abad III dan IV Hijriah, terdapat dua aliran yaitu, pertama aliran tasawuf sunni ialah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al-qur’an dan al-hadits secara ketat,serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkatan rohaniah) mereka kepada kedua sumber tersebut.dan aliran tasawuf. Kedua,aliran tasawuf “semi falsafi”, di mana para pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan ganjil serta bertolak dari keadaan fana’ menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan.
c.      Masa konsolidasi
Tasawuf pada abad V hijriah mengadakan konsolidasi. Pada masa ini ditandai kompetisi dan pertarungan antara tasawuf “semi falsafi”dengan tasawuf “sunni”. Tasawuf sunni memenangkan pertarungan, dan berkembang sedemikian rupa. Sedangakan tasawuf sunni falsafi tenggelam, dan akan kembali muncul abad VI hijriah dalam bentuknya yang lain. Kemenangan tasawuf sunni ini dikarenakan menangnya teologi Ahl Sunnah Wa al-Jamaah yang dipelopori oleh Abu al-Hasan al-Asy’ary (w.324H), yang mengadakan kritik pedas terhadap teori Abu Yazid al-Busthamy dan al-Hallaj, sebagaimana tertuang dalam syathahiyat-nya yang di anggap bertentangan dengan kaidah dan akidah islam.
d.     Masa Falsafi
Setelah tasawuf falsafi mendapat hambatan tasawuf sunni tersebut, maka pada abad VI hijriah tampilah tasawuf falsafi, yaitu tasawuf yang bercampuran dengan ajaran filsafat, kompromi dalam pemakaian trem-trem filsafat yang maknanya disesuaikan dengan tasawuf.
Ibn Khaldun dalam muqoddimahnya, menyimpulkan bahwa tasawuf falsafi mempunyai empat objek pertama, dan menurut Abu al-Wafa bisa dijadikan karakter sufi falsafi, yaitu:
1.     Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta introspeksi yang timbul darinya.
2.     Illuminasi  atau hakekat yang tersingkat dari alam gaib.
3.     Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4.     Pemakaian ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (Syathahiyat).
e.      Masa Pemurnian
A.J. Arberry menyatakan bahwa pada Ibn Araby, Ibn Faridl, dan al-Rumy adalah masa keemasan gerakan tasawuf, secara teoritis ataupun praktis. Pengaruh dan praktek-praktek tasawuf kian tersebar luas melalui terekat-terekat dan para sultan serta pangeran yang tak segan-segan pula mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi mereka.
Kemudian tasawwuf pada waktu itu ditandai bid’ah, khurafat, mengabaikan syariat dan hukum-hukum moral dan penghinaan terhadap ilmu pengetahuan, berbentengkan drti dari dukungan awam untuk menghindarkan diri dari rasionalitas, dengan menampilkan amalan yang irrasional. Azimat dan ramalan serta kekuatan ghaib ditonjolkan.
Bersamaan dengan itu munculah pendekar orthodox, Ibn Taimiyah yang dengan lantang menyerang penyelewengan-penyelewengan para sufi tersebut. Dia terkenal kritis, peka terhadap lingkungan sosialnya, polemis dan tegas berusaha meluruskan ajaran islam yang telah diselewengkan para sufi tersebut, untuk kembali kepada sumber ajaran islam, Al-qur’an dan al-sunnah.
3.     Aliran-Aliran Tasawuf
Aliran tasawuf dibagi menjadi 3 yaitu:
1.     Aliran tasawuf falsafi
Aliran atsawuf falsafi adalah aliran yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi misuk mistik (ghaib) dan visi rasional (akal).
Terminology filosofis yang berasal dari macam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang.
2.   Aliran Amali
Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatan diri kepada Tuhan untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan, seseorang harus mentaati dan melaksanakan syari’at atau ketentuan Agama.
3.     Aliran Sunni (Tasawuf Akhlaki)
Tasawuf Akhlaki adalah membersihkan tingkah laku. Tasawuf akhlaki gabungan antara ilmu tasawuf  dan ilmu akhlak, akhlak hubungannya sangat erat dengan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
          Pada dasarnya tujuan terpenting dari tasawuf itu adalah agar berada sedekat mungkin dengan Allah. Menurut buku Hasan Basri Salim dan Abd Rozak tujuan tasawuf, yang pertama adalah membersihkan hati dari segala keinginan dan kecenderungan yang buruk dan dari kotoran yang menumpuk akibat dosa dan kesalahan, tasawuf bertujuan pula untuk menyingkirkan perilaku buruk dan perbuatan dosa, menyucikan diri, dan menghiasi hati dengan perilaku yang baik dan terpuji sebagaimana di tuntut oleh Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, tujuan akhir Tasawuf adalah membantu kaum beriman untuk mencapai ihsan, atau tingakat kesempurnaan  akhlak dengan menjadikan Nabi Muhammad SAW teladan sempurna dan tujuan yang berusaha keras untuk dicapai oleh para sahabat.
Ibn al-Jauzi dan Ibn Khaldun secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam dibagi menjadi dua, yakni zuhud dan tasawuf. Hanya saja diakui bahwa keduanya merupakan istilah baru, sebab keduanya belum ada pada masa Nabi Muhammad SAW. Dan tidak terdapat dalam al-Qur’an, kecuali zuhud yang disebut sekali dalam QS. Yusuf : 20.
Setelah kematian Ali dan Husain, muncul orang-orang yang merasa dirinya banyak dosa sehingga selalu bertaubat kepada Allah SWT, mereka ini disebut tawwabin. Adapula kelompok yang selalu meratapi kesusahan dan kepedihannya, mereka ini disebut Qashash (Pendongeng), Nussak (Ahli Ibadah), Rabbaniyah (Ahli Ketuhanan), dan sebagainya.






DAFTAR PUSTAKA
Http://ainunnajib 1994.blogspot.co.id/2016/03
Syukur,Amin,dan Masyharuddin,Intelektualisme Tasawuf,Semarang:Lembkota,2002
Bakhtiar Amsal,Tasawuf dan Gerakan Tarekat,Bandung:Angkasa,2003
Syukur Amin,Tasawuf Kontekstual,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2003

Bagir Haidar,Buku Saku Tasawuf,Bandung:Mizan Pustaka,2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH MSDM

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Banyak sumber mengenai istilah manajemen secara etimologis, diantaranya istilah manajemen bera...