AKHLAK
TASAWUF
Makalah
ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen
Pengampu : Dr. H, Djasadi M.Pd.
Disusun
oleh :
Arfiyanto
(1601036090)
Zanna
Yuni Shara (1601036091)
Makriva
Nurul Khoyima (1601036093)
Ulya
Anisa Unasecha (1601036119)
Miftakul
Basriyah (1601036131)
Muhammad
Royyan (1601036121)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam sebagai agama telah memancarkan berbagai fenomena, tidak saja
fenomena teologis dan ibadah, tetapi juga fenomena pemikiran keduniaan seperti
politik, ekonomi dan sosial. Doktrin dalam ibadah adalah semua ibadah haram
kecuali ada dalil yang mewajibkannya.
Ajaran atau pemikiran tasawuf adalah salah satu pemikiran yang sering
menjadi sasaran kritik, terutama dari kalangan yang berpegang teguh pada hukum
secara zahir. Salah satu kritik yang sangat tajam, adalah orang-orang sufi yang
sudah meninggalkan ibadah. Dan ungkapan-ungkapan mereka banyak yang menyesatkan
orang awam. Tidak heran kemudiaan timbul tuduhan kafir terhadap beberapa sufi
yang dianggap keterlaluan, seperti al-Hallaj dan Ibn’Arabi.
Oleh karena itu, kajian tentang
perkembangan tasawuf secara akademik sangat dibutuhkan untuk merespon
perkembangan yang sudah terjadi dan memprediksi masa depan tasawuf. Kajian yang
bersifat akademik minimal memberikan pandangan yang objektif terhadap perbedaan
yang terjadi, sehingga masyarakat tidak terombang ambing dalam menentukan
sikap.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa itu akhlak tasawuf ?
2. Bagaimana Sejarah tasawuf ?
3. Apa saja aliran-aliran tasawuf ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Akhlak Tasawuf
Akhlak secara etimologis berasal dari kata اخلاق
yang artinya sifat, etika, moral, budi pekerti, tingkah laku dan kebiasaan. Sedangakan
menurut Terminologis adalah perangai serta tingkah laku yang terdapat pada diri
seseorang yang telah melekat, dilakukan dan dipertahankan secara terus menerus.
Tasawuf secara etimologis para ahli berselisih tentang asal skata
tasawuf. Sebagian menyatakan berasal dari “shuffah” artinya emper masjid Nabawi
yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar.ada pula yang menyatakan berasal
dari’Shaf”,artinya Barisan. Seterusnya ada yang mengatakan berasal dari
”Shaf”,artinya bersih/jernih,dan masih ada lagi yang mengatakan berasal dari
“shufanah”,sebutan nama kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir, terakhir ada
yang mengatakan berasal dari bahasa Yunani “theosofi”, artinya ilmu
ketuhanan.namun yang terakhir ini tidak di setujui oleh H.A.R.Gibb.dia
cenderung pada kata tasawuf berasal dari shuff (bulu Domba), dan orang yang
berpakaian bulu domba disebut “mustashawwif”,perilakunya disebutb tasawuf. Hal tersebut
ada latar belakangnya tersendiri,yakni pakaian tersebut dipengaruhi oleh
Kristen,katanya,”Asal mula pakaian ini bukannya seragam,akan tetapi suatu tanda
penebus dosa perseorangan,sebagaimana dilambangkan pada pakaian isa.
2. Sejarah
Tasawuf
Sebagaimana telah diketahui,bahwa sejarah Islam ditandai dengan
peristiwa tragis,yakni pembunuhan terhadap diri khalifah ketiga, Utsman Ibn
Affan ra. Dari peristiwa itu secara berantai terjadi kekacauan dan kerusakan
akhlak. Hal ini menyebabkan sahabat-sahabat yang masih ada, dan pemuka-pemuka
Islam yang mau berfikir, beriktiar membangkitkan kembali ajaran Islam, kembali
kemasjid (i’tikaf), kembali mendengarkan kisah-kisah mengenai targhib dan
tahrib,mengenai keindahan hidup zuhud dan sebagainya. Inilah benih
tasawuf paling awal.
a. Masa Pembentukan
Dalam abad I Hijriah kedua, muncul Hasan Basri (w. 110 H) dengan ajaran
khauf, mempertebal rasa takut kepada Allah. Kemudian pada akhir abad I Hijriah,
Hasan Basri diikuti oleh Rabi’ah Adawiyah (w 185 H), seorang sufi wanita yang
terkenal dengan ajaran cintanya (hub al-ilah).
Selanjutnya pada abad II Hijriah, tasawuf tidak banyak berbeda dengan
abad sebelumnya, yakni sama dengan corak kezuhudan,meskipun penyebabnya
berbeda. Penyebab pada abad ini ialah adanya kenyataan pendangkalan ajaran agama
dan formalism dalam melaksanakan syari’at agama (lebih bercorak fiqh).
b. Masa Pengembangan
Tasawuf pada abad III dan IV Hijriah sudah mempunyai corak yang berbeda
sama sekali dengan tasawuf abad sebelumnya. Pada abad ini tasawuf sudah
bersorak ke-fana’an yang menjurus ke
persatuan hamba dengan khalik.
Pada akhir abad III orang berlomba-lomba pula menyatakan dan mempertajam
pemikirannya tentang kesatuan kesaksian , kesatuan kejadian, kesatuan
agama-agama, berhubungan dengan Tuhan, keindahan dan kesempurnaan Tuhan,
manusia sempurna, yang semuanya itu tak mungkin dicapai oleh para sufi kecuali
dengan latihan yang teratur.
Pada abad III dan IV Hijriah, terdapat dua aliran yaitu, pertama aliran
tasawuf sunni ialah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al-qur’an dan
al-hadits secara ketat,serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkatan
rohaniah) mereka kepada kedua sumber tersebut.dan aliran tasawuf. Kedua,aliran
tasawuf “semi falsafi”, di mana para pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan
ganjil serta bertolak dari keadaan fana’ menuju pernyataan tentang terjadinya
penyatuan.
c. Masa konsolidasi
Tasawuf pada abad V hijriah mengadakan konsolidasi. Pada masa ini
ditandai kompetisi dan pertarungan antara tasawuf “semi falsafi”dengan tasawuf
“sunni”. Tasawuf sunni memenangkan pertarungan, dan berkembang sedemikian rupa.
Sedangakan tasawuf sunni falsafi tenggelam, dan akan kembali muncul abad VI
hijriah dalam bentuknya yang lain. Kemenangan tasawuf sunni ini dikarenakan
menangnya teologi Ahl Sunnah Wa al-Jamaah yang dipelopori oleh Abu al-Hasan
al-Asy’ary (w.324H), yang mengadakan kritik pedas terhadap teori Abu Yazid
al-Busthamy dan al-Hallaj, sebagaimana tertuang dalam syathahiyat-nya yang di
anggap bertentangan dengan kaidah dan akidah islam.
d. Masa Falsafi
Setelah tasawuf falsafi mendapat hambatan tasawuf sunni tersebut, maka
pada abad VI hijriah tampilah tasawuf falsafi, yaitu tasawuf yang bercampuran
dengan ajaran filsafat, kompromi dalam pemakaian trem-trem filsafat yang
maknanya disesuaikan dengan tasawuf.
Ibn Khaldun dalam muqoddimahnya, menyimpulkan bahwa tasawuf falsafi
mempunyai empat objek pertama, dan menurut Abu al-Wafa bisa dijadikan karakter
sufi falsafi, yaitu:
1. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta
introspeksi yang timbul darinya.
2. Illuminasi
atau hakekat yang tersingkat dari alam gaib.
3. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun
kosmos berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Pemakaian ungkapan-ungkapan yang
pengertiannya sepintas samar-samar (Syathahiyat).
e. Masa Pemurnian
A.J. Arberry menyatakan bahwa pada Ibn Araby, Ibn Faridl, dan al-Rumy
adalah masa keemasan gerakan tasawuf, secara teoritis ataupun praktis. Pengaruh
dan praktek-praktek tasawuf kian tersebar luas melalui terekat-terekat dan para
sultan serta pangeran yang tak segan-segan pula mengeluarkan perlindungan dan
kesetiaan pribadi mereka.
Kemudian tasawwuf pada waktu itu ditandai bid’ah, khurafat, mengabaikan
syariat dan hukum-hukum moral dan penghinaan terhadap ilmu pengetahuan, berbentengkan
drti dari dukungan awam untuk menghindarkan diri dari rasionalitas, dengan
menampilkan amalan yang irrasional. Azimat dan ramalan serta kekuatan ghaib
ditonjolkan.
Bersamaan dengan itu munculah pendekar orthodox, Ibn Taimiyah yang
dengan lantang menyerang penyelewengan-penyelewengan para sufi tersebut. Dia
terkenal kritis, peka terhadap lingkungan sosialnya, polemis dan tegas berusaha
meluruskan ajaran islam yang telah diselewengkan para sufi tersebut, untuk
kembali kepada sumber ajaran islam, Al-qur’an dan al-sunnah.
3. Aliran-Aliran
Tasawuf
Aliran tasawuf dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Aliran tasawuf falsafi
Aliran atsawuf falsafi adalah aliran yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi misuk mistik (ghaib) dan visi rasional (akal).
Terminology filosofis yang berasal dari macam-macam ajaran filsafat yang
telah mempengaruhi para tokohnya, namun orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap
tidak hilang.
2. Aliran Amali
Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatan diri
kepada Tuhan untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan, seseorang harus
mentaati dan melaksanakan syari’at atau ketentuan Agama.
3. Aliran Sunni (Tasawuf Akhlaki)
Tasawuf Akhlaki adalah membersihkan tingkah laku. Tasawuf akhlaki
gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu
akhlak, akhlak hubungannya sangat erat dengan tingkah laku dan perbuatan
manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya tujuan terpenting dari
tasawuf itu adalah agar berada sedekat mungkin dengan Allah. Menurut buku Hasan
Basri Salim dan Abd Rozak tujuan tasawuf, yang pertama adalah membersihkan hati
dari segala keinginan dan kecenderungan yang buruk dan dari kotoran yang
menumpuk akibat dosa dan kesalahan, tasawuf bertujuan pula untuk menyingkirkan
perilaku buruk dan perbuatan dosa, menyucikan diri, dan menghiasi hati dengan
perilaku yang baik dan terpuji sebagaimana di tuntut oleh Al-Qur’an dan sunnah
Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, tujuan akhir Tasawuf adalah
membantu kaum beriman untuk mencapai ihsan, atau tingakat kesempurnaan akhlak dengan menjadikan Nabi Muhammad SAW
teladan sempurna dan tujuan yang berusaha keras untuk dicapai oleh para
sahabat.
Ibn al-Jauzi dan Ibn Khaldun secara garis
besar kehidupan kerohanian dalam islam dibagi menjadi dua, yakni zuhud dan
tasawuf. Hanya saja diakui bahwa keduanya merupakan istilah baru, sebab
keduanya belum ada pada masa Nabi Muhammad SAW. Dan tidak terdapat dalam
al-Qur’an, kecuali zuhud yang disebut sekali dalam QS. Yusuf : 20.
Setelah kematian Ali dan Husain, muncul
orang-orang yang merasa dirinya banyak dosa sehingga selalu bertaubat kepada
Allah SWT, mereka ini disebut tawwabin. Adapula kelompok yang selalu
meratapi kesusahan dan kepedihannya, mereka ini disebut Qashash
(Pendongeng), Nussak (Ahli Ibadah), Rabbaniyah (Ahli Ketuhanan),
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Http://ainunnajib 1994.blogspot.co.id/2016/03
Syukur,Amin,dan
Masyharuddin,Intelektualisme Tasawuf,Semarang:Lembkota,2002
Bakhtiar
Amsal,Tasawuf dan Gerakan Tarekat,Bandung:Angkasa,2003
Syukur Amin,Tasawuf
Kontekstual,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2003
Bagir
Haidar,Buku Saku Tasawuf,Bandung:Mizan Pustaka,2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar